Perkara Yg Dilarang Bagi Wanita H4id Dan Nif4s!!!
Diantara yg diharomkan buat wanita yg sedang ha1d dan nif4s yaitu :
A. Shalat
Islam
memberikan ketentuan hukum haram bagi wanita yg haid atau nifas untuk
menunaikan shalat fardlu atau sunnah dan juga menunaikan sujud tilawah
atau sujud syukur. Karena keduanya termasuk dari bagian shalat.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
إِذَا أَق�'بَلَتِ ال�'حَي�'ضَةُ فَدَعِي الصَّلاَةَ (رواه الشيخان)
Apabila wanita mengeluarkan darah haid maka tinggalkanlah shalat. (H.R. Asy Syaikhani)
Akan
tetapi dia tidak wajib mengqadla’ shalat dan jika diqadla’ maka
hukumnya adalah makruh atau tidak ada pahalanya.Sebagaimana perkataan
Sayyidah Aisyah R. A. dalam suatu hadits :
كُنَّا
نَحِي�'ضُ عِن�'دَ رَسُو�'لِ اللهِ I ثُمَّ نَط�'هُرُ فَنُؤ�'مَرُ
بِقَضَاءِ الصَّو�'مِ وَلاَ نُؤ�'مَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ (رواه الشيخان)
Kami
pernah mengeluarkan darah Ha1d di masa Rasulullah lalu setelah suci
kami diperintahkan mengqadla’ puasa dan tidak diperintahkan mengqadla’
shalat.(H.R.Asy Syaikhani)
B. Puasa
Apabila
seorang wanita dalam keadaan haid atau nifas haram atasnya melakukan
puasa fardlu atau sunnah sebagaima¬na sabda Rasulullah SAW :
أَلَي�'سَ إِذَا حَاضَت�' لَم�' تُصَلِّ وَلَم�' تَصُم�' (رواه الشيخان)
Bukankah jika perempuan sedang haid tidak melakukan shalat dan puasa. (H. R. Asy Syaikhani)
Akan
tetapi jika tidak berniat puasa, dia melakukannya hanya utk menahan
diri dari makan dan minum (diet) maka tidak mengapa melakukan hal
tersebut.Para Ulama berkata hikmah sebab diharamkannya puasa bagi wanita
haid maupun nifas karena mengeluarkan darah itu melemahkan badan,begitu
pula di dalam melaksanakan puasa,jadi apabila berpuasa pada saat dia
sedang haid atau nifas maka akan terkumpullah dua hal yg melemahkan
badannya, maka ditinjau dari segi ini syari’at Islam mengharamkannya dan
wajib atas wanita haid atau nifas mengqadla’ puasa Ramadlan yg
ditinggalkan pada hari-hari haid atau nifas. Berbeda dengan shalat maka
tidak wajib mengqadla’nya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW :
كَانَ يُصِي�'بُنَا -أَي�' ال�'خَي�'ضُ- فَنُؤ�'مَرُ بِقَضَاءِ الصَّو�'مِ وَلاَ نُؤ�'مَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ (رواه الشيخان)
Menimpa kepada kita (kaum wanita) haid maka kita diperintahkan utk mengqadla’ puasa dan tidak diperintahkan mengqadla’ shalat.
(H. R. Asy Syaikhani)
Sedangkan
hikmahnya diwajibkan mengqadla’ puasa ada-lah karena puasa Ramadlan itu
hanya sebulan dalam setahun jadi tidak menyulitkan bagi para wanita
dalam mengqadla’nya,dan seandainya shalat fardlu itu diwajibkan diqadla’
tentu akan menyulitkan danserta memberatkan bagi wanita, sebab setiap
hari jumlah raka’at shalat fardlu itu 17 raka’at.Maka,bayangkan berapa
raka’at yang harus dikerjakan jika dia haid selama 6 atau 7 hari? Oleh
karena itu,agama tidak akan mempersulit mereka kaum wanita, dan agama
Islam itu pada prinsipnya senantiasa memberikan kemudahan pada
pengikutnya. Sebagaimana firman Allah SWT :
قَالَ الله تَعَالَى : وَمَا جَعَلَ عَلَي�'كُم�' فِي الدِّي�'نِ مِن�' حَرَجٍ
(الحج : 78)
Tidaklah Allah menjadikan untuk kalian di dalam agama (Is¬lam) ini suatu kesulitan. (Q. S. Al Hajj : 78)
C. Membaca AI Qur’an
Setiap
wanita apabila dalam keadaan haid atau nifas diha-ramkan atasnya
membaca Al Qur’an, walaupun hanya sebagian ayat. Rasulullah SAW bersabda
:
لاَ يَق�'رَأُ ال�'جُنُبُ وَلاَ ال�'حَائِضُ مِنَ ال�'قُر�'آنِ
(رواه أبو داود والترمذي)
Dilarang orang yg junub dan wanita haid membaca sesuatu dari Al-Qur ‘an. (H. R. Abu Dawud dan Turmudzi)
Adapun
jika seorang yg junub atau wanita haid atau nifas membaca dzikir atau
wirid yg diambil dari Al Qur’an bukan bermaksud membaca Al Qur’an, maka
hukumnya adalah boleh (mubah). Misalnya, seorang yg dalam keadaan junub
atau wanita dalam masa haid atau nifas membaca do’a di bawah ini ketika
akan mengendarai kendaraan :
سُب�'حَانَ الَّذِي�' سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُق�'رِنِي�'نَ (الزخرف : 13)
atau ketika terkena musibah dia membaca ayat di bawah ini :
إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَي�'هِ رَاجِعُو�'ن (البقرة : 152)
Dan
juga boleh baginya membacanya dengan maksud membetulkan bacaan yg
keliru atau menjawab pertanyaan dalam pelajaran dan lain
sebagainya.Berbeda kalau dia memba¬ca ayat Al Qur’an tersebut di atas
dengan maksud membaca Al Qur’an atau dengan maksud kedua-duanya yakni
membaca Al Qur’an dan membaca wirid maka hukumnya adalah haram.
D. Menyentuh AI Qur’an
Bagi
seseorang yg sedang junub,haid maupun nifas tidak diperkenankan (haram)
menyentuh Al Qur’an sesuai dengan firman Allah SWT :
لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ ال�'مُطَهَّرُو�'ن (الواقعة : 79)
Tidak menyentuhnya (Al Qur’an) kecuali bagi orang-orang yg dalam keadaan suci. (Q. S. Al Waqi’ah : 79)
Akan
tetapi jika membawanya dengan barang lainnya (se-perti dalam koper ada
Al-Qur’an dan lain-lain) maka hukumnya dapat diperinci sebagai berikut :
1.
Jika bermaksud membawa Al Qur’an saja atau bermaksud membawa Al Qur’an
dan barang maka hukumnya adalah haram.Begitu pula jika tidak bermaksud
kedua-duanya.
2. Dan jika dengan maksud membawa barang saja,maka hu¬kumnya adalah boleh (tidak haram).
E. Berdiam di Masjid
Apabila
seorang wanita dalam keadaan ha1d atau nif4s haram baginya duduk atau
berdiam (beri’tikaf) di dalam masjid. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
:
لاَ أُحِلُّ ال�'مَس�'جِدَ لِحَائِضٍ وَلاَ جُنُبٍ (رواه أبو داود)
Tidak aku perbolehkan bagi wanita haid dan orang junub memasuki masjid. (H. R. Abu Daud)
Kecuali
jika hanya menyeberanginya saja dan berkeyakinan darahnya tidak akan
menetes di dalam masjid tersebut maka hukumnya adalah mubah (boleh) tapi
makruh. Allah SWT berfirman :
إِلاَّ عَابِرِي�' سَبِي�'لٍ (النساء : 43)
Kecuali jika dia hendak menyeberanginya utk jalan (Q. S. AnNisa’ : 43)
F. Thawaf
Diharamkan
wanita melaksanakan thawaf fardlu atau sun-nah apabila dirinya dalam
keadaan haid ataupun nifas. Sabda Rasulullah SAW :
إِف�'عَلِي�' مَا فَعَلَ ال�'حَاجُّ غَي�'رَ أَن�' لاَ تَطُو�'فِي�' بِال�'بَي�'تِ حَتَّى تَط�'هُرِي�' (رواه الشيخان)
Kerjakanlah
seperti apa yg dikerjakan orang haji kecuali thawaf, maka kerjakanlah
apabila engkau telah suci. (H. R. Asy Syaikhani)
G. Bers3tubvh
Bersetvbvh dengan isteri yg sedang ha1d haram hukum¬nya walaupun dz4karnya dibungkus (pakai kondom). Allah SWT berfirman :
فَاع�'تَزِلُو�'ا النِّسَاءَ فِي ال�'مَحِي�'ضِ وَلاَ تَق�'رَبُو�'هُنَّ حَتَّى يَط�'هُر�'نَ
(البقرة : 222)
Sebab
itu hindarkanlah isteri-isterimu ketika dalam keadaan haid dan
janganlah kamu bersetubuh dengannya sehingga mereka suci. (Q. S. Al
Baqarah : 222)
Adapun
hikmah Allah SWT melarang kepada laki-laki (suami) menggavl1 isteri
pada saat ha1d adalah untuk melatih seorang suami agar sabar dan mampu
menahan nafsu s3ksnya apabila pada suatu saat ia meninggalkan isterinya
dalam jangka waktu yg lama.Dengan terbiasanya sang suami menahan diri
untuk tidak melakukan hubungan seks pada saat isteri dalam keadaan ha1d
udah barang tentu apabila dia (suami) pergi dalam jangka waktu yg lama
dia tidak mungkin akan melakukan hubungan seks dengan wanita lain,
karena sudah terbiasa sebelumnya,maka larangan ini merupakan rahmat dan
penahan hasratnya.
Ilmu
kedokteran mengatakan bahwa :“Bersetvbvh di saat isteri ha1d merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya penyakit rahim (kandungan) dan juga
membawa dampak wanita bisa mandul, jika dia terkena penyakit rahim,
maka dia akan merasakan sakit yg tidak dapat ditahannya,suhu badannya
akan bertambah naik,dan serta masih banyak komplikasi penyakit lainnya
yang merupakan akibat dari penyakit pada rahim tadi”.
Sedangkan
bahaya yg akan menimpa laki-laki yg pa¬ling pokok di antaranya adalah
peradangan yg parah menimpa alat vitalnya,karena ada baksil yg menjalar
ke dalam saluran kencing,dan yg paling berbahaya,apabila mengadakan
hubungan kelamin di saat isteri haid dikhawatirkan anak yg akan
dilahirkan terkena cacat (penyakit lepra).Apabila sang suami terlanjur
menyetubvhi ist3rinya di saat ha1d atau n1fas dan dia mengetahui bahwa
hal itu haram hukumnya,maka dia udah melakukan dosa besar dan wajib
bertaubat serta disunnahkan baginya mengeluarkan sedekah sebagai
kafarahnya (hukumannya).Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا
وَاقَعَ الرَّجُلُ أَه�'لَهُ وَهِيَ حَائِضٌ إِن�' كَانَ الدَّمُ
أَح�'مَرَ فَل�'يَتَصَدَّق�' بِدِي�'نَارٍ وَإِن�' كَانَ أَص�'فَر�'
فَل�'يَتَصَدَّق�' بِنِص�'فِ دِي�'نَارٍ
(رواه أبو داود والحاكم)
Apabila
sang suami mendatangi isterinya yg sedang haid maka hendaknya ia
bersedekah sebanyak satu dinar, jika waktu itu darah yg keluar berwarna
merah, dan setengah dinar jika darah yang keluar berwarna kuning. (H. R.
Abu Daud dan Hakim)
Maksudnya
adalah jika dia melakukan hubungan saat darah masih kuat (awal-awal
haid), maka bersedekah dengan satu dinar (uang senilai emas 4, 2 gram)
dan jika melakukan hubungan saat darah mulai melemah (di akhir haid),
maka sunnah ber¬sedekah 1/2 dinar (uang senilai emas 2, 1 gram)
H. Bersenang-Senang Dengan Sesuatu (Bagian Badan) Yg Ada Di Antara Pusar dan Lutut
Pada
saat istri ha1d atau nif4s,seorang suami tidak diperbolehkan
bersenang-senang dengan sesuatu pada bagian badan isterinya yg ada di
antara pusar danserta lutut karena dikhawatirkan seorang suami tidak
sanggup menahan nafsu s3ksu4lnya. Rasulullah SAW bersabda :
مَن�' حَامَ حَو�'لَ ال�'حِمَى يُو�'شِكُ أَن�' يَر�'تَعَ فِي�'هِ (الفقه الميسر)
Barang
siapa berputar-putar di sekitar (mendekati) hal-hal yg terlarang maka
ditakutkan akan terjerumus ke dalamnya. (Fiqhul Muyassar)
I. Menthalaq Isteri
Menthalaq
isteri di waktu haid hukumnya haram, dan sun-nah baginya utk meruju’nya
sampai isterinya suci, dan setelah suci terserah suaminya mau menthalaq
lagi atau tidak. Sebagaimana firman Allah SWT :
إِذَا طَلَّق�'تُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُو�'هُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ (الطلاق : 1)
Apabila
kamu menceraikan isteri-isteri kamu, maka hendaklah kamu menceraikan
merekapada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yg wajar).
(Q. S. Ath Thalaq : 1)
Adapun
sebab dilarangnya menthalaq di waktu isteri haid,karena akan
memperpanjang masa iddahnya, karena masa haid tidak dihitung termasuk
dari masa iddahnya akan tetapi dihitung mulai setelah sucinya, kecuali
di dalam 5 masalah di bawah ini, maka menthalaq istri di saat haid tidak
haram :
1. Seandainya sang suami mengatakan padanya kamu aku talaq pada akhir haidmu atau bersamaan dengan akhir haidmu.
2.
Jika istri yg dithalaq belum pernah disetubuhi, maka boleh menthalaqnya
walaupun dalam keadaan haid, karena tidak mempunyai iddah.
3.
Jika istri waktu terjadi thalaq sedang hamil dari suami, maka tidak
haram menthalaqnya saat itu karena iddahnya akan selesai dengan
melahirkan.
4.
Jika thalaq sang suami thalaq khulu’, yaitu menthalaq istri dengan
imbalan harta dari sang istri, misalnya istrinya mengatakan jika kamu
thalaq aku, maka aku beri kamu sebuah mobil, lalu sang suami
menthalaqnya, maka tidak haram jika terjadi pada waktu haid karena
besarnya permintaan istri.
5.
Jika terjadi perselisihan antara suami dan istri lalu berkumpullah
utusan keluarga suami dan istri kemudian kedua belah pihak sepakat jalan
keluarnya adalah bercerai, maka tidak haram walaupun terjadi saat istri
haid.
Dan
semua larangan yg udah disebutkan haram hukum¬nya atas wanita haid dan
nifas sampai dia mandi besar, kecuali thalaq dan puasa maka boleh
baginya walaupun sebelum mandi besar.
Hukum Wanita Haid dan Nifas dalam Haji
Wanita haid dan nifas dalam masa haji tidak terlepas dari tiga keadaan :
1.
Wanita yg mengeluarkan darah haid setelah mengerjakan Thawaf Ifadlah,
jika hal itu terjadi maka dianggap selesai pekerjaan hajinya, karena
selain thawaf tidak disyaratkan thaharah (suci dari hadats). Adapun
Thawaf Wada’ jika dia belum suci setelah melewati bangunan Makkah ketika
akan pulang ke negaranya, maka gugurlah kewajiban Thawaf Wada’.
2.
Wanita yg mengeluarkan darah haid sebelum mengerjakan Thawaf
Ifadlah,maka yg wajib dia lakukan adalah bersabar hingga suci untuk
melakukan thawaf.Jika tidak memungkinkan baginya tinggal di Makkah
karena rombongannya akan berangkat, atau karena tidak ada yg
menemaninya,maka hendaknya dia pergi ke suatu tempat di luar Mak¬kah yg
tidak memungkinkan untuk kembali ke Makkah,kemudian dia bertahallul
dengan Tahallul Ihshar yaitu dengan menyembelih kambing dan bergunting
dengan niat ta¬hallul. Lalu jika haji yg dilakukan adalah haji fardlu,
maka wajib melakukannya di masa yang akan datang, tetapi jika hajinya
adalah haji sunnah, maka tidak wajib mengulanginya.
3.
Wanita yg ha1d yg berihram Haji Tamattu’, jika dia su¬ci sebelum wuquf,
maka dia harus melakukan Umroh terlebih dahulu kemudian berihram haji,
tetapi jika belum suci sampai datang waktu wuquf, maka dia masukkan
ihram haji ke dalam ihram umrahnya, berarti dia melaksanakan Haji Qiran.
Baca Juga:Macam-macam Najis Dalam Islam
Hukum Puasa bagi Wanita Ha1d dan Nif4s
Bagi
wanita haid dan nifas haram hukumnya berpuasa,dan jika darahnya keluar
saat berpuasa,maka batallah puasanya namun wajib mengqadla’nya
sebagaimana hadits Rasulullah SAW yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim :
كَانَ يُصِي�'بُنَا -أَي�' ال�'خَي�'ضُ- فَنُؤ�'مَرُ بِقَضَاءِ الصَّو�'مِ وَلاَ نُؤ�'مَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ (رواه الشيخان)
Di
zaman Rasulullah kami mengalami haid dan kami dipe-rintah utk
mengqadla’ puasa dan tidak diperintah utk mengqadla’ shalat (H.R.
Bukhari dan Muslim)
Dan
jika darahnya berhenti di siang Ramadlan maka sunnah baginya utk imsak
sampai maghrib.Hikmah syara’ melarang wanita ha1d dan nifas utk
berpuasa,karena mengeluarkan darah haid dan nifas dapat melemahkan
badan,sedangkan ber¬puasa juga melemahkan badan, maka berkumpullah dua
hal yg melemahkan badan,terus dilaranglah berpuasa atas wa¬nita ha1d dan
nif4s.Dan hikmah diwajibkannya mengqadla’puasa dan tidak wajib
mengqadla’ shalat karena ibadah puasa jumlahnya sedikit, lain perihalnya
dengan shalat.
sumber
http://www.umatnabi.com/2016/11/larangan-bagi-wanita-haid-dan-nifas.html
sumber
http://www.umatnabi.com/2016/11/larangan-bagi-wanita-haid-dan-nifas.html
EmoticonEmoticon